Senin, 13 Agustus 2012

"Ngamen" Usung Karya yang Tersisih


Gw tertegun melihat penari di depan kendaraan yang berhenti menunggu lampu hijau menyala. Mereka berkostum unik, menggunakan busana khas kuda lumping dan menari di tengah perempatan dengan di iringi musik gamelan Jawa yang sangat sederhana.Sungguh kreatif mereka. Para penari dan penabuh gamelan yang berasal dari Temanggung Jawa Tengah ini mengadu nasib ke Yogyakarta dengan "ngamen" di perempatan jalan.

Awalnya gw kira itu hanya sebuah hiburan progran Dinas Pariwisata DIY, tapi kok minta "sumbangan ngamen"? ternyata mereka tidak ada hubungannya dengan Dinas Pariwisata. "Kami cari duit mas.. daripada nganggur dirumah, ya kita ngamen. Karena kami bisanya kaya gini jadi ngamennya ya kaya gini.. sekalian nyelamatin budaya tempat kami mas.. udah jarang yang tau mas budaya kaya gini.." kata seorang penari.

Saat gw tanya sih katanya mereka berasal dari sebuah kelompok Kuda Lumping dari Kota Temanggung Jawa Tengah. Mereka berangkat satu Grup (sekitar 20 Otang) di bagi menjadi 4 kelompok masing-masing 5 Orang. 1 kelompok di Perempatan Kentungan (Ringroad Utara - Jl. Kaliurang), 2 kelompo di ruas utara dan ruas selatan Ringroad Gejayan (Condong Catur) dan 1 kelompok lagi di.. enggak tau tempatnya mas.. tappi di perempatan juga kata salah satu penabuh gamelannya.

Tiap orang berdandan ala kuda lumping, 2 orang penabuh gamelan dan 3 orang penari. Saat lampu merah menyala, gamelan mulai dibunyikan dan penari mulai beraksi di depan kendaraan yang berhenti. Saat menjelang lampu hijau menyala, penari berjalan menuju kerumunan kendaraan untuk minta "sumbangan ngamen". Saat lampu hijau mereka berkumpul untuk istirahat sejenak sekedar minum atau ngobrol.

Kata salah satu penari, "Kita biasanya berpindah-pindah mas, tidak selalu di satu perempatan atau selalu di Jogja. Kita biasanya pindah ke kota sekitar yang jalannya ramai. Kadang ke Semarang, Solo, Magelang. Tergantung kondisi mas. Kalo pas tidak ada yg sewa kita untuk hiburan ya kita ngamen kaya gini. Order bisa sepi mas, tapi kan keluarga juga butuh makan.."

Saat ku tanya masalah penghasilan, salah satu pemain gamelan mengatakan "ga mesti mas.. kalo lagi ujan biasanya sedikit, kitapun tidak bisa maksimal mainnya. Kalo lagi rame kaya gini lumayan mas.. bisa sekitar 500 ribu sampai 1 juta tiap kemompoknya seharinya." Wow.. hasil yang sangat besar..

Nih gw ada beberapa Foto tentang aktifitas mereka..


Tanpa kita sadari, mereka memang hanya "ngamen" tapi mereka masih dengan semangat melestarikan budaya tradisional daerah mereka. Sungguh perbuatan yang sangat patut dijadikan teladan. Justru orang-orang seperti mereka yang patut mendapatkan penghargaan dari pemerintah karena punya jiwa penyelamat terhadap aset budaya negeri.

Keramahan mereka dan sambutan mereka membuat gw ga merasa sayang merogoh kocek buat nambahin hasil mereka.. Terimakasih teman buat liputan hari ini.. Semoga sukses dengan usaha kalian.. Gw bangga ma kalian..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar