NATO Bombardir Tripoli, 3 Sipil Tewas
Reuters Kendaran milik tentara Moammar Khadafy di daerah antara Benghazi dan Ajdabiyah, digempur lewat udara oleh tentara Barat pimpinan Amerika Serikat, 20 Maret 2011. Sekutu terus berdalih serangannya terarah, namun Libya menyatakan, 100 warga sipil sudah tewas selama lima hari gempuran Barat.
Sejumlah pesawat tempur NATO melancarkan serangan udara di Tripoli, ibu kota Libya, Kamis (14/4/2011). Menurut juru bicara pemerintah, serangan itu menewaskan tiga orang.
Juru bicara pemerintah, Mussa Ibrahim, mengatakan, di Tripoli, "Sejumlah warga sipil tewas di sini di Tripoli. Saya tahu ada tiga orang yang berjalan di dekat pos pemeriksaan tewas seketika di daerah selatan Tripoli."
Ibrahim juga mengatakan, dua orang tewas di Sirte, 450 kilometer sebelah timur Tripoli, yang mengisyaratkan bahwa serangan udara juga dilakukan di sana.
Di Tripoli sebelumnya Kamis, koresponden Reuters mendengar empat ledakan dan melihat asap membubung dari daerah tenggara ibu kota itu. Tembakan berat antipesawat juga terdengar sebelum dan setelah ledakan.
Seorang wartawan foto melihat sebuah jet di angkasa beberapa saat sebelum satu ledakan keras yang menimbulkan asap tebal. Seorang koresponden kedua melihat asap membubung dari wilayah tenggara kota itu setelah mendengar empat ledakan.
Mussa Ibrahim mengatakan, "Beberapa dari serangan udara ini tidak berarti. Serangan-serangan ini menghantam kamp militer usang, pos pemeriksaan, dan beberapa kali tempat kosong."
"Kami mengamati bahwa yang mereka pedulikan adalah besarnya ledakan dan itu bisa dilihat oleh penduduk sipil di Tripoli dan Sirte serta tempat-tempat lain," tambah juru bicara pemerintah itu.
Libya kini digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada 17 Maret. Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Moammar Khadafy yang membuat marah Barat.
Selama beberapa waktu, hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Kadhafy setelah pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari. Namun, kini pasukan Kadhafy dikabarkan telah berhasil menguasai lagi daerah-daerah tersebut.
Ratusan orang tewas dalam penumpasan brutal oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya pada pekan pertama pemberontakan itu.
Khadafy (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Kadhafy bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak.
Aktivis prodemokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar