Human Rights Watch, Jumat (15/4/2011), mengecam penggunaan tentara anak di salah satu divisi tentara Yaman, yang memihak para pengunjuk rasa antirezim dalam krisis politik yang telah mengakibatkan 125 orang tewas.
Para pekerja HRW telah bertemu dengan puluhan tentara bersenjata, yang usianya di bawah 18 tahun, di Sanaa sejak aksi protes dan kekerasan terhadap Presiden Ali Abdullah Saleh meletus pada akhir Januari.
Dua puluh dari mereka, yang mengaku berusia 14 dan 16 tahun, mengatakan kepada HRW bahwa mereka bertugas selama dua tahun di divisi di bawah komando militer tertinggi, jenderal pembelot Jenderal Ali Muhsin al-Ahmar.
Sebelum protes antirezim, mereka telah direkrut untuk memerangi pemberontah Syiah di Yaman utara.
"Pemerintah Yaman telah terlalu lama menempatkan anak-anak pada risiko besar dengan mengerahkan tentara anak-anak di medan pertempuran," kata Joe Stork, Wakil Direktur HRW untuk Timur Tengah, Jumat.
"Lawan Presiden Saleh seharusnya tidak memperpanjang masalah dengan menggunakan anak-anak untuk keamanan aksi protesnya," tambahnya dalam pernyataan itu.
HRW mendesak AS untuk menunda bantuan militer ke Yaman segera kecuali Pemerintah Yaman setuju untuk menegosiasikan rencana aksi dengan PBB guna mengakhiri penggunaan tentara anak.
Lebih dari 125 orang tewas selama 10 pekan terakhir dalam bentrokan antara demonstran anti-Saleh dan pasukan keamanan yang setia kepada presiden itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar